RATNA SARUMPAET PENDUKUNG JADI PENENTANG AHOK
Nama Ratna Sarumpaet kini menjadi perbincangan banyak orang usai ditangkap saat mendampingi warga Kampung Aquarium, Jakarta Utara terhadap penggusuran oleh pihak Pemprov DKI.
Ratna Sarumpaet dulu dikenal sebagai salah satu pengagum dan pendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat menjadi pasangan Joko Widodo (Jokowi) pada Pilkada DKI Jakarta 2012.
Saking dekatnya Ratna dengan Ahok yang kini menjadi Gubernur DKI menggantikan Jokowi, pernikahan putrinya Atiqah Hasiolan pun bisa berlangsung di Pulau Seribu, salah satu kawasan wisata DKI Jakarta.
Kini aktivis wanita kelahiran Tarutung ini menjadi salah satu penentang Ahok paling depan. Ia menampik bila kritik keras yang dilontarkannya selama ini kepada Pemprov DKI lantaran ketidaksukaannya secara pribadi kepada Ahok.
Menurut Ratna pada awalnya ia berhubungan baik dengan mantan Bupati Belitung Timur tersebut. Pada 2012 lalu, Ahok pernah mendatangi rumah Ratna meminta dukungan untuk maju sebagai cawagub mendampingi Jokowi.
Pada Pilkada 2012, Ratna mendukung pasangan Jokowi-Ahok melawan Fauzi Bowo. Hasilnya, Jokowi-Ahok menang meski melalui dua putaran.
Ratna juga mengakui, berkat Ahok lah, anaknya, Atiqah Hasiholan bisa menikah di Pulau Seribu.“Saya sebenanrya dulu baik, Pak Ahok datang ke rumah aku dulu meminta dukunganku. Saat itu saya sangat mendukung Ahok menjadi pimpinan DKI,” kata Ratna seperti dilansir Sudut Pandang dari Wartakota, belum lama ini.
Ia berpandangan Ahok merupakan bagian dari minoritas, dan dalam memimpin suatu daerah tidak dinilai dari latar belakangnya, melainkan dari kemampuannya.“Saya dukung banget karena dia minoritas. Dan saya kira Indonesia harus menerima pemimpin berdasakan kemampuan, tidak peduli latar belakangnya,” ungkapnya.
MULAI TIDAK SUKA
Ratna mengaku mulai muncul ketidaksukaan pada Ahok pada saat kegiatan keagamaan Idul Qurban tahun 2014. Menurutnya Ahok justru tidak menghormati keberagaman dengan melarang pemotongan hewan qurban di sembarang tempat dan harus di RPH (Rumah Potong Hewan).
Ketidaksukaan tersebut ditambahlagi saat kasus penggusuran Kampung Pulo, Jakarta Timur. Ahok dinilai tidak bisa memberikan alasan yang kuat dalam melakukan penggusuran kampung yang kerap menjadi langganan banjir itu.
“Kekurangan Ahok yang paling mendasar adalah antikritik. Mereka yang mengkritik langsung dicap sebagai musuh. Menurut saya apabila dibilang salah dia (Ahok) akan marah besar. Manusia itu pasti ada salah salahnya lah. Dari situ lah kita belajar,” bebernya.
Ratna memahami Ahok memiliki watak yang keras. Namun bukan berarti dengan watak keras tersebut tidak dapat berdialog dengan warganya. “Saya juga berwatak keras, namun dalam membahas atau menyelesaikan persoalan, membuka ruang dialog. Bukan berarti saya selalu benar ya dan bukan berarti Ahok benar juga ya, tapi itu kan bisa didialogkan. Jangan kita kritik, kemudian kita dicoret dari daftar teman,” ungkapnya.SP/Syam/WK
Tidak ada komentar